Rabu, 27 Oktober 2010

pengaggum sang raja

Mbah Maridjan Pengagum Sri Sultan Hamengku Buwono
Surya/dyan rekohadi
Mbah Marijan, juru kunci Gunung Merapi saat berada di rumahnya di kaki Gunung Merapi tepatnya di Dusun Kinah Rejo Desa Umbul Harjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosok Mbah Maridjan merupakan tipe manusia yang sederhana, seperti kebanyakan orang-orang desa, yang menjalani kehidupan ini mengalir apa adanya.

Kehidupan yang dilakukannya di lereng Gunung Merapi, Desa Kinahredjo, yang merupakan desa terdepan sekitar dua kilometer dari puncak Merapi, sangat sederhana.

Rumah yang didiaminya sangat bersahaja, seperti kebanyakan rumah-rumah di desa. Yang unik seluruh dinding rumahnya dihiasi foto-foto raja-raja Yogyakarta, mulai dari Sri Sultan Hamengku Buwono I hingga Sri Sultan Hamengku Buwono X. Selain itu, terpampang juga gambar logo Kesultanan Yogyakarta. Bahkan, foto-foto dirinya juga ikut terpampang hasil bidikan para wartawan yang disumbangkan kepadanya.

Di ruang tamu ukuran 10 x 10 meter persegi itu, juga dipajang tombak dan keris peninggalan leluhurnya, serta pakaian-pakaian Mbah Maridjan sewaktu menjadi abdi dalem keraton dulu kala, yang tersimpan rapi dalam peti kayu.

Setiap hari rumah Mbah Maridjan ramai dikunjungi orang-orang yang ingin bersilaturahmi. Dan, setiap kali pula Mbah Maridjan dengan ramah dan penuh senyum menyambut tamu-tamunya itu dan bercerita panjang lebar mengenai masa mudanya dulu, mengenai Merapi dan hal-hal lainnya. Semuanya diceritakan dalam bahasa Jawa dan sesekali diselingi bahasa Indonesia.

Agar tidak merepotkan, maka di ruang tamu yang berjajar kursi dan meja itu sudah tersedia minuman kemasan gelas berkardus-kardus dan makanan-makanan kecil khas kampung setempat dalam toples besar.

Itulah kenangan penulis yang sempat berkunjung ke rumah Mbah Maridjan, pada Desember 2008. Satu hal yang tidak dilupakan penulis adalah Mbah Maridjan kala itu tidak mau difoto baik sendiri maupun bersama-sama, oleh para pengunjungnya.

Alasannya. "Saya tidak mau nanti foto-foto saya disalahgunakan untuk kepentingan iklan," kata Mbah Maridjan, waktu itu. Untuk mengobati kekecewaan pengunjung, Mbah Maridjan mempersilakan memotret isi rumahnya saja.

Mbah Maridjan punya nama asli Mas Penewu Suraksohargo, lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman pada tahun 1927. Dia menjadi bintang iklan sebuah produk minuman berenergi. Apakah ini ada hubungannya dengan penolakannya untuk difoto, wallahualam.

Mbah Maridjan menjadi juru kunci Gunung Merapi karena amanah sebagai juru kunci diperoleh dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Mbah Maridjan punya tiga anak yakni Mbah Ajungan, Raden Ayu Surjuna, dan Raden Ayu Murjana. Anak pertama Mbah Maridjan, Mbah Ajungan menjadi penasihat presiden Sukarno tahun 1968-1969, kemudian menjadi wali Mangkunagara VIII tahun 1974-1987.

Kini, Mbah Maridjan dikabarkan sudah meninggal di rumahnya yang juga hancur di lereng Gunung Merapi, karena terkena awan panas, bersama puluhan korban lainnya termasuk wartawan portal Vivanews.com, Yuniawan W. Nugoroho (Wawan), yang pernah lama bertugas di Press Room DPR RI. Selamat jalan Mbah Maridjan dan rekan Wawan.

Penulis: johnson_simanjuntak
Editor: johnson_simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar